Tangan ini terus menengadah
Terus menantikan pemberian
Tidak perduli apakah itu recehan
Saya hanya butuh uang
Ada seseorang mendekat
Mudah-mudahan ia mau menyisihkan uang jajannya
"pak, saya belum makan"
"tolonglah saya pak"
Sudah berhari-hari aku seperti ini
Semenjak rumah ku terbakar
Semenjak rumah ku hangus menjadi arang
Aku tak tahu harus lari kemana
Aku tak punya sanak saudara
Terus menantikan pemberian
Tidak perduli apakah itu recehan
Saya hanya butuh uang
Ada seseorang mendekat
Mudah-mudahan ia mau menyisihkan uang jajannya
"pak, saya belum makan"
"tolonglah saya pak"
Sudah berhari-hari aku seperti ini
Semenjak rumah ku terbakar
Semenjak rumah ku hangus menjadi arang
Aku tak tahu harus lari kemana
Aku tak punya sanak saudara
Aku ingat ketika aku mengusir mereka
Aku ingat ketika aku menendang mereka
dengan cacian dan sarkastik yang menyakitkan
Ketika aku berkuasa
Ketika aku banyak uang
Aku tidak membutuhkan mereka
Aku justru melupakan
Kini aku tak tahu mereka ada dimana
Seandainya waktu itu aku menganggap mereka
Seandainya waktu itu aku tidak merendahkan mereka
Mungkin sekarang aku sedang bersama
Di dalam kehangatan dan pelukan mereka
Tanpa perlu tangan ini terus menengadah
Aku ingat ketika aku menendang mereka
dengan cacian dan sarkastik yang menyakitkan
Ketika aku berkuasa
Ketika aku banyak uang
Aku tidak membutuhkan mereka
Aku justru melupakan
Kini aku tak tahu mereka ada dimana
Seandainya waktu itu aku menganggap mereka
Seandainya waktu itu aku tidak merendahkan mereka
Mungkin sekarang aku sedang bersama
Di dalam kehangatan dan pelukan mereka
Tanpa perlu tangan ini terus menengadah

2 komentar:
wuidih, dalem.. emang klo penyesalan selalu datang belakangan. kadang kita hanya ingat orang-orang yang menyayangi kita waktu sedang dalam kesusahan, klo lagi seneng mah boro-boro... seneng sendiri aja gak ngajak2 orang lain. huihihih
tuh makanyaaaaa!!! traktir aku doong!!! :D
Posting Komentar